Selasa, 17 April 2012

Menuju Indonesia Baru


# Laporan PKD PMII Komisariat Walisongo 2012

          Ditengah peliknya keadaan negeri ini. Asa perlu terus dijunjung tinggi oleh kalangan anak muda. Harapan pada Indonesia sejahtera bukan hayalan. Meski sekarang ini Indonesia sedang didera sejumlah keterpurukan. Ketika anak muda berani bangkit. Indonesia kedepan akan menemukan tatanan baru. Indonesia sejahtera dan berwibawa di mata dunia.

Indonesia baru mensyaratkan bangkitnya kaum muda. Kaum muda mewakili semangat, keberanian, dan harapan. Bila semua ini terus dikembangkan. Maka kaum muda adalah kaum pendobrak keterpurukan. Disini pembinaan bagi kaum muda menemukan artinya. Yaitu menyiapkan generasi yang mampu memimpin negeri ini.

Bertolak dari pandangan ini Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Walisongo mengadakan Pelatihan Kader Dasar (PKD). Pelatihan yang berlangsung mulai Jumat (06/04) siang dan berakhir Ahad (08/04) sore ini mengambil tema Revitalisasi Peran PMII dalam Mengantarkan Indonesia Baru. Pelatihan ini dimaksudkan sebagai tanggung jawab organisasi dalam menyiapkan kader yang kritis dan peduli kepada bangsa.

Peserta PKD tahun ini berbeda dari biasanya. Bila biasanya peserta PKD yang diadakan oleh PMII Komisariat hanya diikuti oleh mahasiswa IAIN Walisongo. Kini peserta yang mengikuti PKD berasal dari sejumlah daerah. Berdasar catatan panitia, PKD tahun ini di ikuti dari Semarang sendiri yaitu dari delegasi PMII Unisula, PMII Unnes,dan PMII Unwahas. Sedangkan dari sejumlah daerah di ikuti dari delegasi PMII Pekalongan, PMII Blora, PMII Purwodadi, dan PMII Jepara. Total peserta keseluruhan PKD adalah 147 peserta.

Pelatihan yang bertempat di Pondok pesantren Mamba’ul Qur’an Kandri Gunung Pati ini menyajikan sejumlah materi gerakan dan kritis. Ini sebagai upaya mengawal negara yang sedang mengalami krisis multidimensi. Upaya pengawalan tidak bertujuan dekstruktif. Tetapi bagaimana mengupayakan pemecahan persoalan yang tak kunjung terselesaikan. ‘Bila Indonesia bobrok, kami tidak akan pernah meninggalkan NKRI, tetapi kami akan berusaha memperbaiki bangsa ini, kata M. Husni Mushonnifin selaku ketua PMII Komisariat Walisongo.

Materi yang disajikan dalam PKD meliputi Diskursus Paradigma PMII, Geopolitik dan Kapitalisme Global, Kritik Wacana Agama, Analisa Media dan Pembagunan Opini Publik, Metodologi Berpikir Filosofis, dan Analisis Sosial. 

Akankah Lahir Revolusi

Di hari kedua Pelaksanaan PKD, Sabtu (07/04) malam peserta tampak antusias memadati ruang aula Mamba’ul Qu’an. Peserta yang berjumlah 147 sebelumnya telah dibagi menjadi 5 kelompok. Tiap kelompok memilih 2 perwakilan sebagai presenter dalam diskusi panel. Kali ini topik yang di diskusikan adalah Menilik Krisis Multidimensi saat ini, Akankah lahir Revolusi di Indonesia?.

Diskusi panel sendiri di mulai dari jam 20.00 Wib dan berakhir jam 22.30 Wib. Achwan ahadi, mantan Mensospol DEMA IAIN Walisongo dan M. Awaludin, ketua KNPI Ngaliyan menjadi panelis pada acara tersebut. Acara ini bertujuan mendiskusikan situasi terbaru seperti rencana pemerintah menaikkan harga BBM yang mendapat penolakan dari mahasiswa dan sejumlah kasus SDA yang telah di kuasai asing. Dalam diskusi ini juga di bahas tentang kebangkitan gerakan mahasiswa dan revolusi di Indonesia.

Dari sejumlah pendapat presenter, Revolusi tidak dapat diartikan sebagai gerakan massa yang ingin menggulingkan pemerintahan. Bila mengacu pada gerakan mahasiswa tahun 1965 dan 1998. Gerakan mahasiswa saat ini memiliki konteks berbeda. Mahasiswa sekarang tidak lagi di hadapkan dengan pemerintahan yang otoriter. Tetapi berada dalam sistem demokrasi yang menjunjung tinggi kebebasan pendapat. 

Selain itu, masyarakat Indonesia juga mencita-citakan menjadi masyarakat madani. Masyarakat yang mempunyai kesadaran hukum. Kebangkitan gerakan mahasiswa tidak dapat menempuh jalan inkonstitusional. ‘Kami sadar revolusi di butuhkan di setiap lini kehidupan bangsa ini, tetapi kami tidak akan menempuh jalan inkonstitusional’, lanjut Mushonnifin.

 Meski demikian, diskusi tersebut menekankan kepada mahasiswa agar selalu kritis kepada setiap kebijakan pemerintah. Ditengah bisunya para akademisi, tersanderanya para anggota dewan dalam kepentingan partai politik, dan belum maksimalnya pemerintah mensejahterakan rakyat. Maka mahasiswa adalah satu-satunya harapan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar